Air Terjun Jolong Semarang |
Setelah diberitahu bahwa kita salah jalan, kami kembali ke jalan awal dan akhirnya kami bertemu dengan temanku itu, dan kami terusin perjalanan tanpa tahu apa yang akan terjadi nantinya. Motor temenku tetap mogok. Kami melewati waduk rawa dan hutan, karena tempatnya di atas gunung. Akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami dan kami istirahat di rumah temannya Totok. Kira2 jam 12'an karena motornya Totok mogok.
Pas baru masuk ke rumah malah terjadi ujan deres banget, sampai2 dua temenku ngajak pulang. Tapi kami gak mau pulang karena tanggung dah sampai sini malah gak jadi. Akhirnya kita sepakat bahwa kita akan ke air terjun itu walau ujan masih turun. Akhirnya kita nekat untuk ke air terjun walau ujan deres banget. Yang aku takutin cuma teman cewekku yang sering pingsan...
Perjalanan ke air terjun gak bisa ditempuh dengan motor karena jalannya setapak dan melewati jurang. Perjalanan kami kesana sudah diperingati oleh warga sekitar.
Warga1 : Dek ajeng teng pundi (dek mau kemana?)
Kami : Ajeng teng air tejun bu (mau ke air terjun bu)
Warga1 : Mending ra usah dek, ki lho udan deres. sesok ae ning air terjune (mending gak usah dek, ni lho ujan deras. besok aja ke air terjun)
Kami : matur nuwun bu, mumpung mpun tuk mriki kok (terima kasih bu, mumpung udah sampe sini koq)
Warga1 : Y wis ati2 ya. (ya udah hati2 ya)
Kami : nggeh bu, pareng (ya bu, permisi)
Kami tetap melanjutkan perjalanan. Waktu sampai di sekolahan SD Jolong 2, kami bertemu dengan kakek yang misterius, dia juga menahan kami agar tidak jadi ke air terjun. Dan kami tetap melanjutkan perjalanan kami ke air terjun tanpa memperdulikan peringatan dari warga desa. Saat aku menoleh ke belakang kakek itu gak ada di pertigaan tadi.
Tapi aku cuek saja, aku cuma berpikir mungkin saja dia pergi ke kebun. Akhirnya kami melewati jalan setapak yang di sebelah kanannya jurang yang dalam. Waktu di jalan itu kami juga di peringati warga desa lagi, tapi kami tetap tak menghiraukan...
Waktu itu hujan masih deres banget. Perasaan kami puas banget bisa sampai ke air terjun ini. Tempatnya sungguh indah, jauh dari tempat pemukiman warga. Kami menuliskan nama kami di salah satu batu yang paling besar di tempat air terjun itu. Yang saya takutkan adalah kalau terjadi banjir, karena kita melewati sungai. Akhirnya hujannya reda juga, dan kami tambah senang. Apalagi ada salah satu temanku yang naik ke atas air terjun...
Kami telah merasa puas dengan air terjun itu dan kami memutuskan untuk pulang. Tapi temenku yang usil tadi yang namanya Tria gak mau pulang, dia cuma lihat ke atas air terjun. Kami mengajak dia pulang tapi dia tetap tidak mau. Akhirnya salah satu temanku memarahi dia, dan akhirnya kami pulang. Saat di perjalanan pulang, hujan datang lagi walau gak cukup deras.
Temenku mau ambilkan daun pisang buat temen cewekku yang ia taksir, dia lagi PDKT. Dan dia pinjem sabitnya seorang kakek berbaju hitam memakai caping yang ternyata kakek yang melarang kami pas di pertigaan SD Jolong 2.
Tiba2 teman kami Tria itu pingsan, dan temenku yang namanya Heri yang tubuhnya paling besar menggendongnya. Tapi anehnya temenku itu gak kuat gendong Tria, padahal Tria itu badannya kecil banget. Pas di gendong melewati jalan setapak di tebing, tiba2 temenku triak2 gak karuan, brontak, sampai2 temenku Heri gak kuat nahan padahal badannya paling besar sendiri.
Ternyata dia kesurupan setan penunggu di Jolong. Akhirnya kami cowok berenam membopong dia, dia terus memberontak sampai kami ber6 gak bisa menahannya. Akhirnya aku berinisiatif buat minta bantuan sama kakek tadi yang kayaknya mengikuti kita dari awal kami berangkat. Dan ternyata kakek itu punya merah delima.
Dan yang gak aku sangka dia kayaknya sudah mempersiapkan segalanya dari merah delima, air dan alat lainnya yang aku gak ngerti. Dan dia mengusap dahi Tria dengan tangannya yang udah dicelupin dalam air tadi yang entah aku gak tahu ada apa di dalamnya. Teman2 cewekku pada nangis karena ketakutan...
Setelah diusap dahinya dan dibacakan mantra (ntah apa yang dibaca), temenku sedikit gak berontak. Dan kakek itu menyuruh kami cepat2 membawa Tria ke atas, jauh dari air terjun. Salah satu temanku memanggil juru kuncinya daerah Jolong. Akhirnya kami sampai ke jalan besar, dan tidak lama setelah itu juru kuncinya datang. Ternyata yang datang bukan juru kuncinya, melainkan anaknya...
Beberapa lama setelah bapak itu datang, Tria sadar diri. Dia ingin diturunkan, tapi bapak anak juru kunci tadi memerintahkan kami bahwa Tria gak boleh nempel di tanah karena bisa membuat yang merasukinya keluar dari tubuh Tria. Tapi Tria menyebut2 nama kakaknya, dan kami pikir dia benar2 sadar. Tapi pas kami turunkan dia, dia malah mau lari ke jurang. Untung saja kami menahannya. Bapak tadi menyuruh yang merasukinya agar keluar, tapi arwah yang merasuki tubuh Tria gak mau keluar. Lama2 Tria agak sedikit tak memberontak, mungkin karena kelelahan.
Pas aku lihat kebelakang lagi dengan maksud mau berterima kasih dengan kakek tadi, kakek itu sudah gak ada di belakang kami, padahal aku yakin dia mengikuti kita. Tapi aku masih cuek, yang aku pikirkan cuma keadaan Tria. Akhirnya kami sampai di rumah bapak tadi dan lama2 Tria bisa sadar juga. Tapi setelah kejadian itu kelakuannya tampak aneh. Tapi kami tak mengatakan apa2 tentang apa yang terjadi tadi.
Setelah kami memastikan Tria benar2 sadar kami pulang. Tapi aku masih penasaran dengan kakek tadi. Aku menanyakan tentang kakek tadi kepada bapak juru kunci, tapi dia bilang dia gak pernah lihat kakek yang kami lihat tadi. Aku juga bertanya dengan warga sekitar tapi jawaban mereka sama yaitu mereka gak tahu kakek yang menolong itu. Setelah itu bulu kudukku berdiri. Aku berpikir mungkin kakek tadi utusan yang Maha Kuasa untuk menolong kami. Karena kami tak mau menyadari bahwa Dia sudah memperingatkan kami sebelum ke air terjun.
Mulai dari motor temenku Totok yang mogok terus sewaktu berangkat, kami tersesat dan salah jalan, sampai di Jolong ujan deres dan kami tak menghiraukan sampai2 tak menghiraukan larangan warga desa untuk tidak ke air terjun. Dan anehnya motor nya Totok waktu pulang gak mogok sama sekali...
Akhirnya kami sampai rumah dan istirahat. Sampai di rumah aku masih bertanya-tanya tentang kakek tadi. Aku masih penasaran. Mungkin anda menganggap cerita ini cuma karangan. Ini merupakan kisah nyata. Anda bisa membuktikan tempat kejadiannya.
Tak beberapa lama kemudian selang waktu 1 minggu setelah kami dari sana, ada 4 orang laki2 yang datang ke air terjun itu, dan salah satu temennya kesurupan juga. Karena ke-3 temennya gak kuat menahannya, laki2 itu tewas di jurang dan ususnya keluar karena terjun ke jurang. Kami jadi semakin takut.
0 komentar: