'Cerita Horor - Misteri Penampakan Hantu Yang Paling Menyeramkan Di Dunia'

CERITA HOROR - Percaya atau tidak, kisah-kisah hantu kerap bertebaran di sekitar kita. Namun yang tercatat dalam legenda ceritahantu tidak banyak. Berikut ini kami sajikan 10 penampakan hantu paling terkenal di dunia. Kisah hantu ini bukan cerita dongeng, karena memiliki banyak saksi, termasuk yang pernah melihatnya adalah para tokoh-tokoh terkenal di dunia. Sebut saja Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris yang terkenal, mengaku bertemu dengan hantu Abraham Lincoln atau Ratu Wilhelmina dari Belanda yang juga mengaku pernah jumpa hantu itu di White House. Salah satu cerita terkenal adalah hantu permaisuri Raja Henry VIII yang tewas dipancung. Hantunya muncul tanpa kepala, atau kepalanya diselipkan di lengannya. Mengerikan.

            Berikut ini kisah hantu-hantu itu serta cuplikan sejarah singkatnya. 10 kisah ini dipilih karena paling banyak saksinya.Seperti diketahui, semakin banyak saksi maka kisah ini akan semakin berbobot, dan dipercaya kebenarannya. Jadi, jangan mengira ini hanya cerita imajinasi belaka.

1. Hantu Kate Morgan di Hotel del Coronado

Agen Domino QQ Online Terpercaya


Hotel del Coronado adalah bangunan bergaya Victoria, terletak di pantai selatan California, selatan San Diego. Cerita ini bermula pada 24 November 1892, seorang gadis muda check-in di hotel tersebut. Ia tampak sangat kesakitan, dan hanya berdiam diri di kamar hotel. Spekulasi yang beredar, ketika itu ia meminum banyak obat kina dalam upayanya menggugurkan kandungannya. Kemudian pada tanggal 29 November, dia ditemukan tewas dengan sebuah lubang peluru di pelipisnya. Ia ditemukan di tangga luar yang menuju ke pantai. Dugaan yang muncul, ia bunuh diri. Sejak saat itu, fenomena aneh telah dilaporkan terjadi di hotel itu seperti suara-suara aneh, lampu berkedip-kedip bahkan mati, dan kadang-kadang hantu wanita berpakaian zaman Victoria berkeliaran di lorong-lorong Hotel.


2. Hantu di Hotel Stanley


Bandar BlackJack Online Terpercaya

Tentang Stanley Hotel, terdapat cerita-cerita hantu di dalamnya. Stanley Hotel Este Park, Colorado, dan kisah hantu-hantunya telah terkenal di seluruh dunia. Namun, tetap saja ada yang mengingap di sana. Para karyawan bercerita bahwa mereka kerap mendengar seperti ada pesta besar di Ballroom, padahal di sana tidak ada aktivitas apapun. Mereka (pengunjung) melihat hantu-hantu itu muncul di kamar mereka, namun hantu itu hanya berdiri mengawasi. Ada juga kesaksian bahwa mereka mendengar seolah ada anak-anak yang bermain di lorong, ketika dilihat, tidak ada siapa pun. Di lantai empat hotel ini sepertinya pusat dari hantu hantu itu. Konon, salah satu hantunya adalah Lord Dunraven. Ia adalah pemilik tanah sebelum hotel ini dibangun. Laporan yang ada tentang penampakan hantu Lord Dunraven adalah ia sering terlihat berdiri diam di tengah tempat tidur, atau ia tampak melihat keluar jendela kamar 407. Lord Dunraven dituduh atas hilangnya perhiasan-perhiasan juga barang-barang hotel selama bertahun tahun.


3. Clifton Hall


Rumah kuno Clifton Hall di Nottinghamshire, Inggris, terkenal berhantu. Konon property ini sudah ada sejak abad ke-11 kemudian menjadi milik keluarga Clifton pada abad ke 13 sampai akhirnya dijual pada 1958. Bangunan ini telah berkali-kali berganti fungsi, sempat beberapa kali menjadi sekolah, kemudian menjadi apartemen mewah, sebelum akhirnya menjadi rumah pribadi seorang kaya raya bernama Anwar Rashid. Ia bersama istri dan empat anaknya tinggal di sana. Rumah memiliki 17 kamar tidur, 10 kamar mandi, 10 ruang tamu, tempat olah raga juga bioskop. Sebagai sebuah rumah, bangunan ini memang sangat lengkap dan mewah. Bukan hanya fasilitas itu saja yang dimiliki rumah itu, tapi juga sejumlah hantu senang tinggal di sana. Sayangnya, hantu-hantu itu selalu mengganggu siapapun yang tinggal di sana.
Pada hari pertama keluarga Rashid tinggal, gangguan sudah muncul. Dimulai dari ketukan pada pintu, dan suara seorang laki-laki tanpa wujud, yang menyapa. Peristiwa berikutnya pukul 5 pagi, istri Anwar, Nabila, turun untuk mempersiapkan susu untuk anak mereka yang baru berusia 18 bulan. Sampai di sebuah ruangan, dia melihat anak tertuanya, tampak duduk di depan televisi. Nabila menegur anaknya, tapi anak itu tidak menoleh atau memberi jawaban. Merasa perasaannya jadi tak enak, bulu kuduknya meremang, bergegas, dia mendatangi kamar anak tertuanya untuk memeriksa, ternyata sang anak tampak sedang terlelap pulas. Keluarga ini hanya bertahan selama 8 bulan. Desas desus yang beredar, orang sering kali mendengar suara tangisan bayi, tampak juga ada wanita yang terlihat dari jendela berjalan mondar mandir di sebuah ruangan yang telah ditutup bata dan tidak dapat diakses lagi.


4. Hantu Perempuan Bermata Bolong di Raynham Hall

Agen Domino QQ Online Terpercaya

Raynham Hall di Norfolk, Inggris, adalah rumah berhantu paling terkenal yang pernah tertangkap kamera. Brown Lady, orang menamainya karena hantu perempuan itu selalu muncul mengenakan gaun berwarna coklat. Masyarakat meyakini itu adalah hantu Lady Dorothy Walpole, adik dari Sir Robert Walpole. Yang menikah dengan Charles, Viscount Townshend pada tahun 1713. Dia meninggal secara misterius pada tahun 1726, dan penampakan-nya dimulai tak lama setelah itu.
Sejak potret penampakannya diambil tahun 1936, laporan tentang pemunculan hantu bergaun coklat itu menurun drastis. Kesaksian Major Loftus yang paling terkenal, ia tinggal di Raynham Hall pada 1849. Pada suatu malam, Mayor Loftus dan temannya, Hawkins melihat seorang wanita bergaun coklat berada di rumahnya. Ketika didekati, wanita itu menghilang. Bukannya takut, Loftus malah penasaran. Besoknya, ia kembali ke ruangan itu, ia ingin melihat apakah wanita itu akan muncul lagi. Ternyata benar, hantu wanita itu muncul lagi. Hanya saja, sekarang dia menjadi ngeri luar biasa, karena ketika ia menatap wajah hantu itu, dua matanya bolong.


5. Anne Boleyn, Permaisuri Raja Henry VIII yang Tewas Dipancung


Anne Boleyn adalah istri kedua dari Raja Henry VIII dan juga ibu moyang dari Ratu Elisabeth I. Anne Boleyn sempat tiga tahun menjadi pemaisuri Raja Henry, sebelum akhirnya raja mencampakkannya karena bosan. Untuk menyingkirkan pemaisuri bukan hal yang mudah, harus dengan alasan kuat. Maka dibuatlah tuduhan bahwa pemasuri Anne Boleyn telah melakukan perzinahan, inses dan sihir. Para sejarawan percaya bahwa semua tuduhan itu adalah palsu. Tuduhan-tuduhan berat ini menghantar pemaisuri yang malang ini ke hukuman pancung. Peristiwa bersejarah itu terjadi 19 Mei 1536.
Sejak itu dikabarkan hantu Anne gentayangan dan kerap menampakan diri di sejumlah tempat berbeda. Di antaranya, Hever Castle, Blickling Hall, Gereja Salle, Marwell Hall, tapi yang paling terkenal dan sering muncul adalah penampakan di Tower of London. Yang beruntung beberapa melihatnya akan sama seperti ketika ia masih hidup, cantik dalam gaun yang indah. Tapi yang tidak beruntung, akan melihat hantunya tanpa kepala, kepalanya diselipkan di lengannya.


Bandar BlackJack online Terpercaya

6. Hantu Wanita Gaun Putih di Balete Drive, Filipina


Ternyata Filipina punya hantu yang terkenal di dunia, orang menyebutnya White Lady. Penampakan hantu wanita berpakaian gaun panjang berwarna putih. Hantu perempuan yang satu ini memiliki ‘keisitimewaan’ itulah yang membuatnya terkenal. Hantu itu ada di Quenzon City, Filipina. Cerita hantu berjubah putih itu masih kontroversi, ada yang percaya tapi ada juga yang menganggapnya tipuan semata. Namun mayoritas penduduk mempercayai hal ini karena mengaku banyak yang melihat penampakannya.
Cerita yang berkembang, hantu perempuan itu kerap berdiri di tengah jalan di Balete Drive, berambut hitam panjang, wajah kosong, tubuh berlumuran darah. Rupanya dari pengalaman para korban ‘Lady White’ ini, dia selalu muncul dan duduk di kursi yang kosong saat mobil melintas di sana.


7. Hantu Mary Gentayangan 



Inilah kisah hantu penasaran Mary yang meninggal tak wajar pada tahun 1930-an. Hantu Mary ini telah menjadi legenda. Jalan lintas di timur laut Archer Lane, antara Ballroom dan Pemakaman Willowbrook, di Kehakiman Illinois, orang-orang muda sering kali bertemu dengan seorang gadis muda cantik, berambut pirang dengan mata biru. Gadis muda ini menghentikan mobl-mobil yang melintas, meminta tumpangan. Lalu, gadis yang mengenakan gaun pesta putih itu menghentikan mobil di depan pintu kompleks pemakanan, kemudian menghilang.
Salah satu kesaksian adalah terjadi tahun 1973, seorang sopir taksi bertanya pada petugas di Chet’s Melody Lounge yang berada di seberang jalan kompleks pekuburan itu, dia menanyakan, ada seorang gadis yang naik taksinya, namun dia turun begitu saja dan tidak membayar ongkos. Ini menandakan hantu Mary tetap beraksi puluhan tahun telah beralalu sejak kematiannya.


Agen Domino QQ Online Terpercaya

8. Hantu Dalam Cermin di Perkebunan Myrtles



Ini adalah legenda tentang dendamnya membara seorang budak yang tinggal di rumah perkebunan Myrtles di St Francisville, Louisiana. Namanya Chloe. Ia punya kebiasaan buruk mengintip kejadian-kejadian yang terjadi di rumah tuannya lewat lubang kunci. Suatu ketika, kebiasaan buruknya terungkap, dia tertangkap basah oleh tuannya. Hukumannya, dia dianiya habis habisan dan telinganya dipotong. Untuk menutupi lukanya, dia harus memakai syal hijau di kepalanya.
Karena dendam ia membuat kue panggang di atas daun oleander, tanaman asal daerah selatan yang dikenal sangat beracun. Sasaran si budak adalah, tuan yang menyiksanya. Tapi ternyata yang memakan adalah istri tuannya juga dua anak perempuan mereka. Kontan, setelah memakan kue-kue itu, mereka pun pingsan dan akhirnya meninggal dalam kesakitan. Chloe kabur, namun tertangkap, dan dia pun digantung di tengah lapangan disaksikan para budak perkebunan itu.
Tapi tidak ada bukti sejarah yang mendukung cerita ini, hanya ada sebuah foto menarik. Tapi konon sejak kejadian itu, katanya, penampakan hantu perempuan kerap muncul di daerah itu. Hantu seorang gadis muda yang sering muncul di cermin yang ditaruh di tangga. Rumah perkebunan Myrtles kini menjadi tempat wisata hantu. Bed and Breakfast memberikan layanan pemandu tur bagi wisatawan yang penasaranan ingin melihat rumah tersebut pada malam yang gelap.


9. Abraham Lincoln



Cerita Abraham Lincoln ini telah menjadi terkenal dan melenggenda. Dikabarkan, beberapa waktu sebelum ia tewas dibunuh, Lincoln sempat menceritakan mimpinya yang aneh pada anggota kabinetnya. Lincoln bercerita bahwa ia bermimpi masuk ke sebuah rumah pemakaman berwarna putih. Di sana dia bertemu dengan seorang pelayat. Ia bertanya tentang orang yang mati itu. Dijawab” Presiden..orang itu mati karena dibunuh”. Dikemudian hari, ternyata Lincoln tewas dibunuh. Cerita mimpi Lincoln ini menjadi melegenda dan diceritakan secara turun temurun.
Arwah Lincoln mungkin penasaran karena meninggal tak wajar. Kerap kali hantunya muncul di sejumlah tempat di White House, Istana Kepresidenan Amerika. Banyak pengunjung White House maupun penghuninya, melihat penampakan hantu Lincoln. Sejumlah tokoh terkenal pun mengaku pernah melihat hantu Lincoln di antaranya, First Lady Grace Coolidge, Ratu Wilhelmina dari Belanda, bahkan Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris yang terkenal.
Bahkan Churchill bercerita, ketika ia baru saja habis mandi, badannya terasa segar, ia berjalan menuju kamar tidur. Alangkah terkejutnya ia ketika memandang ke perapian, tampak Abraham Lincoln berdiri di dekat perapian. Churchill otomatis menyapa
” Selamat malam Mr Presiden!”
“Anda sepertinya dalam posisi yang kurang menguntungkan”
Tambah Churchill lagi. Hantu Lincoln hanya tersenyum lembut, kemudian menghilang. Entah benar atau tidak kisah Churchill ini namun yang pasti ada banyak orang yang mengaku telah melihat hantunya.


Bandar BlackJack Online Terpercaya

10. The Flying Dutchman




 Peristiwa ini konon terjadi tahun 1641 ketika Hendrik van der Decken bersumpah akan mengelilingi Tanjung Harapan hingga kiamat. Sejak itu sosoknya tak pernah terlihat lagi. Nasibnya pun tak diketahui. Namun banyak saksi mengatakan, bahkan berani bersumpah, mereka sering melihat kapan si kaptel yang dikenal dengan sebutan, The Flying Dutchman, tiba-tiba berada di perairan sekitar sana, lalu menghilang. Kadang kapal hantu itu begitu dekat dengan kapal mereka sehingga mereka bisa melihat jelas. Para pelaut menyebut, penampakan kapal hantu The Flying Dutchman, sebagai suatu pertanda buruk bagi kapal yang melihatnya. Bukan karena kapal hantu itu yang mereka takuti, tapi bencana buruk yang bakal menimpa jika melihat penampakan kapal itu.
Salah satu contohnya adalah ketika kapal hantu itu muncul dan disaksikan para awak kapal Raja Inggris, George V, pada 1881. Beginilah kesaksian yang ditulis.
Pada pukul 4 AM Flying Dutchman melintasi di depan kami. Sungguh aneh, semua lampu di kapal itu menyala terang benderang berwarna merah, di tengah tengah ada tiang-tiang yang menyala.
Pagi harinya para pelaut yang menjadi saksi mata penampakan Flying Dutchman tewas misterius.


Kisah Horor Baby Sister Mistery

Dahulu saat Jakarta belum menjadi kota besar seperti sekarang. Jakarta utara yang dahulunya merupakan rawa-rawa, hidup seorang wanita dengan anak laki-lakinya yang baru berusia 3 tahun. Wanita itu hidup disebuah gubuk kecil yang terpencil, jauh dari kehidupan masyarakat sekitar. Masyarakat takut dan benci melihat keadaannya yang buruk rupa, dengan kulit yang berkudis dan terus mengeluarkan getah bening. Suaminya pergi meninggalkannya begitu saja tanpa ada kabar, jadilah dia merawat sendiri anaknya dalam keadaan serba kekurangan. Demi menafkahi anaknya, wanita itu mengemis meminta makanan pada orang-orang. Namun kenyataan memang kejam, tak ada satupun diantara mereka yang mempedulikannya. Mau tak mau dia mencari makanan di tempat-tempat pembuangan sampah, berharap mendapatkan makanan sisa yang baru saja dibuang. Begitulah keadaannya setiap hari demi memberi makan anaknya, mengiba dan mengais-ngais sampah. Keadaan anaknya semakin hari semakin memprihatinkan, karena tidak cukupnya gizi yang diterima sang anak.
Saat dia pulang membawa makanan sisa, dia mendapati anaknya tengah terlelap. Dia pun membangunkan anaknya untuk makan, namun anaknya hanya diam. Tubuh kurus anak itu diguncang namun tak juga bangun. Dengan berlinangan air mata, wanita itu mendekap anaknya, sakit kehilangan anak yang sangat disayanginya. Belum cukup derita yang dilaluinya sepeninggal suaminya, anaknya pun harus pergi meninggalkan dia selama-lamanya. Sedih, kesal, marah bercampur aduk dalam perasaan wanita itu. Dia marah pada kenyataan tak tak pernah berpihak padanya. Dia lelah dengan semua derita yang dijalaninya sengan sabar, namun berbuah kesengsaraan.
Malam itu, wanita itu terus mendekap anaknya yang sudah tak bernyawa seakan tak rela anaknya mati. Hembusan angin kencang menghant pintu gubuknya hingga terbuka lebar. Tampak sosok perempuan cantik dengan gaun putih tengah berdiri di depan pintunya.
"Si ... siapa kau?" Tanya wanita itu kaget sambil terus memeluk anaknya.
"Aku Nyai Ronggowulan. Aku datang untuk membantumu." Ujarnya tersenyum.
"Aku tidak buruh bantuan, semua orang sama, tak pernah mau memandang kami." Sahut wanita itu.
"Aku tahu semua derita yang kau alami. Suamimu yang pergi meninggalkanmu, serta teluh yang kau terima dari orang dekatmu sampai kau harus menanggung malu. Aku akan membantumu menjadi cantik seperti dahulu, aku akan membantumu membalaskan dendammu." Tawar Nyai Ronggowulan.
"Dari mana kau tahu semua itu?" tanya wanita itu heran.
"Adinda, aku mengetahui semua tentangmu melebihi dirimu sendiri." Sahutnya menyebutkan nama wanita itu. 

"Apa yang bisa kau bantu?" perlahan Adinda mulai tenang.
"Aku akan membantumu menjadi cantik seperti dulu, dan membalaskan dendammu pada mereka yang tak mencampakkanmu." Ujar Nyai Ronggowulan. Adinda bimbang, dia masih sedih dengan kepergian anaknya. Setelah berfikir sejenak, akhirnya Adinda angkat bicara.
"Baik, Nyai, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Adinda. Nyai Ronggowulan pun memberinya sebutir batu berwarna hijau terang.
"Telan batu itu, maka kau akan kembali cantik dan memiliki kekuatan yang mampu membuat semua lelaki tunduk padamu. Tapi dengan Syarat ..." Nyai Ronggowulan menghentikan omongannya.
"Apa syaratnya, Nyai?" Ujar Adinda tidak sabar.
"Kau harus memakan daging dan jantung anak-anak berusia 10 tahun kebawah setiap Purnama ke 14 setiap 5 tahun sekali, karena kecantikan dan kekuatanmu akan pudar setiap 5 tahun jika kau tidak memakan daging anak-anak." Jelas Nyari Ronggowulan. Adinda tercekat mendengar persyaratan itu, bagaimana mungkin dia memakan daging mentah seorang manusia. Karena tak ada pilihan lain, akhirnya Adinda menyanggupinya.
"Baiklah, telan batu itu sekarang, Adinda." Perintah Nyai Ronggowulan. Adinda pun menelan batu itu, seketika matanya berubah hijau. 

"Mulailah dengan daging anakmu, Adinda hahahaha ...." Ucap Nyai Ronggowulan lalu berubah mengerikan, menampakkan wujud aslinya menjadi manusia setengah buaya dengab wajah yang mengerikan. Matanya besar, taringnya tajam menjulang hingga leher dan matanya, lidahnya menjulur-julur seperti ular. Adinda yang sudah dirasuki iblis dari batu itu, tanpa perasaan melahap anaknya sendiri. Memakan dengan rakus setiap organ yang dia keluarkan dari tubuh anaknya.
Pagi menjelang, Adinda terbangun dan merasakan ada yang menempel di tangan, mulut dan badannya. Lengket berbau anyir. Adinda tersentak kaget melihat tubuhnya penuh darah namun tak ada lagi kudis yang menempel dikulitnya. Dia menoleh kekiri mencari anaknya, dan
"Tidaaaaaaaaakk ...!!!" Adinda menjerit histeris melihat anaknya yang tinggal tulang tanpa daging, tersisa juntaian usus diantara tulang itu. Tubuhnya lemas seketika.
"perjalananmu baru dimulai, Adinda." terdengar bisikan ditelingannya.
=========
Rumah yang besar, tak heran kalau pemiliknya adalah orang yang kaya. Halamannya begitu luas ditanami tanaman hias yang tertata rapi. Nampak beberapa mobil mewah berjejeran di halaman rumah itu. Tiang-tiang kokoh menjulang tinggi pada rumah berlantai 3 itu. Benar-benar sebuah istana impian.
"Nyari siapa, Neng?" satpam rumah itu menyapa dengan ramah. Sukiryo, nama yang tertera diatas saku sebelah kanan nya.
"Ahh, begini pak. Saya disuruh kepala penyalur pembantu dan babysitter untuk datang kemari. Apa benar ini rumah Pak Suryo?" jawabku seramah mungkin.
"Owh babysitter yaa. Tadi tuan sudah pesan sama saya kalau ada yang datang langsung disuruh masuk saja, karena kebetulan Tuan sedang dirumah. Silahkan masuk, Mbak." Sahut pak Sukiryo, lalu mengantarku menemui Pak Suryo, seorang konglomerat dikota ini.
"Permisi, Tuan. Ini orangnya sudah datang." Ucap Pak Sukiryo pada Pak Suryo yang sedang membaca koran di ruang tamunya.
"Oh silahkan duduk." Ucap Pak Suryo mempersilahkanku duduk di kursi yang ada di depannya.
"Silahkan, Mbak." Pak Sukiryo menambahkan, lalu kembali ke posnya di dekat pagar pintu masuk rumah itu.
"Terimakasih, Pak" sahutku sebelum dia berlalu.
"Nama kamu siapa?" Pak Suryo membuka pembicaraan.
"Saya Adinda Maylasari, Pak."
"Berapa usia kamu?"
"21 tahun, Pak"
"Apa pekerjaan kamu sebelumnya?"
"Babbysitter, Pak."
"Kamu siap bekerja disini?"
"Siap, Pak" 
"Baiklah kalau begitu. Bi Sumi!" Pak Suryo memanggil pembantunya, dan tak lama orang yang dipanggil pun datang.
"Tunjukan kamar Adinda, dia babbysitter yang akan mengasuh Rangga dan Ringgo."
"Baik, Tuan" sahut Bi Sumi, lalu mengantarku menuju kamar pembantu yang ada di bagian belakang rumah itu.
======
"Rangga, Ringgo ayo makan"
"Hore makan ...!" sahut dua anak kembar itu.
"3 bulan disini, kamu sudah akrab sekali denganmu, berbeda dengan yang lain yang tak pernah bertahan lama mengasuh mereka. Sejak kematian ibu mereka, mereka jadi kurang kasih sayang seorang ibu diusia mereka yang masih kecil. Aku harap kamu bisa membantu saya." Ujar Pak Suryo sebelum berangkat kerja dan mengantar Rangga dan Ringgo sekolah. Aku sudah 3 bulan disini, syukurlah mereka berdua sudah akrab denganku. Tak sepertu awal aku kesini, mereka tak mau menerima seorang wanita selain mama mereka. Diusia yang masih 9 tahun, mereka harus kehilangan seorang ibu akibat suatu kecelakaan.
Hari ini seperti biasa, rumah semegah ini sepi di siang hari. Hanya ada aku, Bi Sumi, Pak Sukiryo di pos depan, dan Bang Ramli tukang kebun. Di dapur Bi Sumi tengah menyiapkan menu makan siang.
"Wah baunya enak banget, Bi" celetukku.
"Ahh Neng Dinda bisa aja." Jawab Bi Sumi.
"Bi, kalau boleh tahu, kenapa tuan Surya belum cari pengganti istrinya? Usia tuan Surya masih tergolong muda, tampan, mapan, baik lagi."
"Tuan Surya itu sayang banget sama istrinya. Dulu keluarga ini bahagia. Nyonya Lisna itu orangnya baik, cantik, istri idaman yang berbakti pada suami. Tapi suatu kecelakaan terjadi hingga merenggut nyawanya. Waktu Tuan Surya dan kekuarga pergi berlibur, rem mobil tuan Surya blong sampai akhirnya menabrak tiang listrik di pinggir jalan. Rangga,Ringgo dan tuan Surya selamat, namun Nyonya mengalami pendarahan hebat di kepalanya.Akhirnya meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit." Jelas Bi Sumi menerawang tragedi yang menimpa tuan Surya.
"Tuan Surya masih belum bisa menerima siapapun untuk menjadi pegganti istrinya, mungkin takkan mencari pengganti. Tuan Surya dan Nyonya Lisna adalah pasangan serasi." Lanjutnya lagi.
"Siapa ya, Bi, kira-kira orang yang mau mencelakakan Tuan Surya?" tanyaku menerawang.
"Didunia pasti selalu ada orang yang tidak senang dengan kebahagiaan orang lain" jawab Bi Sumi.
Tiiiiinn ...! suara klakson mobil Tuan Surya terdengar sampai kedapur, akupun membantu Bi Sumi menyelesaikan santapan siang Tuan Surya.
"Mbak Dindaaa ...!" teriak sikembar memasuki rumah.
"Wah udah pulang yaa? gimana sekolahnya?" tanyaku pada mereka berdua. mereka pun berceloteh menceritakan hari serunya di sekolah. Begitulah mereka sepulang sekolah, dengan antusias menceritakan apa yang mereka alami di sekolah.
*****
"Aku tak bisa menunggu lama lagi, tubuh ini mulai kembali kebentuk semua secara perlahan. Waktunya sudah hampir habis."
Bi Sumi pulang kampung karena anaknya sakit, Bang Ramli juga izin pulang karena istrinya melahirkan. Tinggallah aku dan Pak Sukiryo kalau siang begini.
"Inilah waktunya ...."
=====
"Heeemmmpp ...." Tuan Surya mengerang namun mulutnya tersumpal. Rangga dan Ringgo pun sudah terikat tak jauh darinya. Di gudang belakang rumah belakang itu mereka tersekap. Ruang pengap dengan tumpukan barang-barang bekas, mereka terikat di pojok ruangan itu.
Aku mendekati mereka, dan membuka sumpalan di mulut Tuan Surya.
"Apa yang kau lakukan, Dinda?!" Surya bertanya dengan suara meninggi.
"Aku hanya butuh anakmu, Tuan. Agar aku tetap awet muda hahaha ...." Tawaku menggelegar.
"A ... apa maksudmu?"
"Aku butuh daging balita untuk membuatku selalu awet muda."
"Apa yang kau bicarakan?"
"Aku akan memakan daging anakmu, dan aku akan tetap cantik dan awet muda."
"Wanita iblis! Cepat lepaskan kami, atau aku akan berteriak sampai Pak Sukiryo kesini!" ancam Surya. 
"Hahaha ... Sukiryo telah kulenyapkan terlebih dahulu. Kini hanya ada kau, aku dan anak-anakmu." Aku pub mendekati Ringgo terlebih dahulu. Anak itu menatap takut padaku, karena aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu menyayangi mereka.
"Jangan takut sayang, gak akan sakit kok." Ujarku memperlihatkan pisau padanya, yang siap merenggut nyawanya.
"Hentikaaan ...!" Teriak Surya.
Jlebb! Pisau ku sukses bersarang di dada Ringgo, perlahan pisau kuputar dan kucabut jantungnya.
"Biadab kau, setan! tak kusangka kau wanita iblis. Akan kubunuh kau ...!" Kutuk Surya.
"Hahaha ...." Aku pun melahap jantung Ringgo, tak kupedulikan teriakan-teriakan surya, sedangkan Rangga sudah pingsan di samping mayat Ringgo.
"Teriaklah sesuka hatimu, Surya. Hahaha ... jantung ini begitu manis, balita memang lezat dagingnya hahaha ...." Ucapku sambil terus melahap jantung Ringgo. Kuiris sedikit demi sedikit daging mentah Ringgo, dan kujejalkan kemulutku, kukunyah dan kutelan dihadapan surya.
Jeritannya semakin melemah, mungkin sudah kehabisan tenaga. Aku tak menghiraukannya. Kucongkel kedua mata Ringgo dan kutelan bulat-bulat.
"Ahh nikmat sekali hahaha ...."
"Sudah cukup, hentikan ... hiks hiks ..." terdengar Surya menangia, merdu sekali tangisannya itu.
"Inikah dirimu sebenarnya? iblis berparas manusia. Bodohnya aku sampai jatuh hati padamu yang ternyata wanita iblis." Lanjutnya lagi.
"Aku tak butuh cinta, semua laki-laki sama." Sahutku. Perlahan aku merasa tubuhku kembali muda, padat berisi, garis-garis wajahku mulai menghilang, dan kulit wajahku mengencang.
"Aku rasa sudah cukup untuk 5 tahun yang akan datang." Ujarku.
"Mau kemana kau wanita jalang?!" Seru Surya. Aku pun mendekatinya.
"Terimakasih atas pujiannya, dan juga untuk daging anakmu yang lezat itu hahaha ...."
"Kenapa tak kau bunuh saja kami semua, ha?!"
"Belum waktunya untukmu mati, Surya hahaha ...." Akupun pergi meninggalkan mereka. Sejenak ku menoleh kearah Ringgo, tubuhnya bagian atas tinggal tulang dengan sedikit daging yang menempel, bibirnya terkoyak karena tadi telah aku kunyah. Matanya bolong, karena sudah bersarang di perutku.
Aku pergi menembus pekatnya malam itu dengan bersimbah darah. Menanti waktu berikutnya tuk mencari mangsa, 5 tahun lagi ......
========
"Kebakaran ... kebakaran ... kebakaran ...." Teriak orang-orang sekitar tempat yang terbakar. Suara mobil pemadam menjerit-jerit silih berganti. Air menyembur dari selang pemadam yang berusaha memadamkan sijago merah yank sudah melahap 4 rumah yang berdempetan itu. Perkampungan padat Di Lagoa jakarta utara itu, baru kali ini terjadi kebakaran. Belum jelas penyebab terjadinya kebakaran itu. Dua buah rumah berhasil dipadamkan apinya. Dilantai atas salah satu rumah tampak sesosok wanita berdiri dengan tenang di balik api. seorang pemadam pun menyadari ada orang di rumah itu. Dengan berani dia memasuki rumah itu dan berhasil menyelamatkan wanita itu. Dari rumah yang hampir terbakar keseluruhan itu, sang wanita tak menampakkan raut wajah ketakutan akan api, tubuhnya pun mulus tanpa noda abu. Sang penyelamat tak menyadari hal itu. Dia membawa wanita itu menjauh dari kobaran api. Wanita itu tersenyum manis membuat pemadam yang bernama Hendro itu terpukau. Sadar api belum sepenuhnya padam, dia kembali membantu rekan-rekannya. Api pun berhasil ditaklukan tanpa ada korban jiwa, walau kerugian cukup besar. Wanita tadi masih memperhatikan Hendro dari tempat dia berdiri tadi, Hendro pun menghampirinya.
"Kau tidak apa-apa, Nona?" tanyanya ramah.
"Aku tidak apa-apa kok, terimakasih. Tapi aku tak tahu harus tinggal dimana lagi, aku tak punya saudara disini." Ujar wanita itu dengan raut muka sedih. Hendro pun tersentuh hatinya, tak tega melihat kecantikan wanita itu tergores kesedihan.
"Siapa namamu, Nona?" Tanya Hendro.
"Adinda Maylasari, Pak." Jawab Adinda.
"Aku Hendro, kamu bisa lihat di bajuku ini. Oh ya, apa pekerjaanmu selama ini?" tanya Hendro. 
"Saya babysitter, Pak." Sahut Adinda.
"Hmmm kebetulan kami sedang mencari tenaga babysitter. Kami berdua sibuk pada pekerjaan masing-masing, jadi anak kami diasuh oleh pembantu kami. Apa kau bersedia membantu kami?" pinta Hendro.
"Bisa, Pak" Adinda tersenyum manis pada Hendro, membuat Hendro semakin terpukau.
"Kalau begitu, kamu ikut saya sekarang." Ujar Hendro, lalu membawa Adinda menaiki mobil pemadam yang dibawanya tadi.
"Gila loe Ndro, loe kagak takut ama bini loe?" celetuk Slamet rekan kerja Hendro.
"Dia babysitter, Met. Kebetulan gue lagi butuh buat ngasuh Nayla anak gue." Sahut Hendro.
"Lho, itu rumahnya yang kebakar gimana?" tanya Slamet.
"Itu rumah kontrakan, Pak. Biar pemilik rumah yang menyelesaikan." Sahut Adinda lembut.
"Ooo, begitu? Ya udah, Ndro, gue bareng Rusdi aja baliknya." Ucap Slamet langsung menuju ketempat orang yang dia sebut. Memang waktu itu ada 3 unit mobil pemadam.

Mereka pun sampai di rumah Hendri, salah satu komplek perumahan Kelapa Gading. Hendro menyuruh pembantunya yang masih muda bernama Rini untuk menunjukkan kamar Adinda.
Istri Hendro kaget saat mengetahui ada wanita sedang bermain dengan Nayla yang banu berumur 2 tahun itu.
"Siapa kamu?!" Tanya Tania istri Hendro agak meninggi karena kaget.
"Saya Adinda, Nyonya. Saya baru tiba di sini dibawa oleh Pak Hendro." Jelas Adinda.
"Babysitter? Berani sekali mas Hendro mencari Babysitter. Aku tak butuh seorang Babysitter." Ujar Tania dalam hati. Tanpa melanjutkan pembicaraan, Tania menelpon suaminya dan menggendong anaknya. Adinda hanya menunduk terdiam. Dia kembali kekamar yang ditunjukkan Rini tadi. Adinda termenung.
Akhirnya dengan berat hati Tania menerima Adinda sebagai Babysitter buat anaknya, walau dia masih trauma akan kejadian 5 tahun silam yang menimpa kakaknya.
Tak ada raut wajah manis tang ditunjukkan Tania kepada Adinda. Tania tak pernah mau berbicara pada Adinda, sampai-sampai dia lupa siapa nama Adinda sebenarnya. Akhirnya Tania mengetahui nama asli Adinda dari Rini pembantunya, Tania terkejut mendengar nama 'Adinda Maylasari', nama yang menghancurkan kehidupan kakaknya dulu. Namun Adinda tidak menunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan.
Setiap hari Tania selalu menekan Adinda agar dia pergi dari rumahnya. Tania semakin benci karena suaminya terus membela Adinda. Adinda masih bertahan atas tekanan dan cacian yang dilontarkan Tania. Tania selalu mengerjai Adinda tatkala suaminya tidak pulang karena ada urusan diluar kota. Hendro adalah kapten dari pemadam kebakarannya dulu.
Kerap kali Adinda tidak diberi makan, disuruh mencuci dan membersihkan rumah yang merupakan tugas Rini. Adinda hanya pasrah menerima semuanya.
"Kamu gak apa-apa, Adinda?" tanya Rini mendekati Adinda yang sedang termenung dikamarnya.
"Gak apa-apa kok, Rin." Jawab Adinda sambil tersenyum.
"Hmmm ... hari Rabu besok aku mau pulang kampung, kakak aku nikahan dan minta aku menghadirinya. Kamu gak apa-apa kan sendirian?" Ujar Rini.
"Gak apa-apa kok, Rin." Sahutnya masih tersenyum. Rini khawatir pada Adinda akan perlakuan Nyonya nya terhadap Adinda. Rini lah yang selalu menemani Adinda jika Adinda tengah termenung. Entah apa yang dipikirkan Adinda, Rini tak pernah melihat wajah Adinda murung sedikitpun.
Hari itu pun tiba, dimana Rini akan pulang kampung, dan tinggallah Adinda seorang diri mengerjakan tugas Rini sekaligus mengasuh Nayla. Tania semakin menekan Adinda, bahkan sudah bermain fisik. Namun Adinda tetap diam.
"Belum saatnya, sebentar lagi." Ucap sebuah bisikan.
Hari kamis Tania ada arisan dengan teman-temannya, sedangkan Hendro sedang tidak ada kegiatan. Siang itu Adinda sedang di dapur.
"Adinda, bisa kamu buatkan aku kopi?" Pinta Hendro.
"Baik , Pak." Adinda pun segera membuatkan pesanan majikannya.
"Kenapa tanganmu, Adinda?" tanya Hendro yang melihat luka memar ditangan Adinda. "Oh ini, Pak,kemaren saya terpleset di kamar mandi, Pak." Ujar Adinda berkilah, tak ingin Hendro mengetahui perbuatan Tania itu.
"Ooh, lain kali kamu hati-hati ya." Ujar Hendro.Hendro pun meminum kopi itu sambil membaca koran, tak ada rasa curiga sedikitpun. Nayla sedang asyik bermain sediri disampingnya. Perlahan-lahan Hendro pun mengantuk dan akhirnya tertidur.
"Kok perasaan aku tidak enak ya?" Batin Tania yang sedang arisan.
"Ibu-ibu, saya permisi dulu ya, ada urusan mendadak." Pamit Tania. Tania pun segera keluar dan mulai melajukan mobil Jazz merahnya. Tania nampak gelisah, dia merasakan ada hal buruk yang sedang terjadi pada keluarganya. waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, jalanan tampak tak begitu ramai malam Jum'at itu. Lengang.
Benar saja, ketika Tania sampai dirumahnya dia tidak menemukan siapa-siapa. Sepi dan pintunya terbuka. Dengan mengendap-ngendap, Tania menelusuri rumahnya dengan sebilah belati perak yang diambil di lemari pajangan rumahnya. Tak ada siapa-siapa, sampai dia mendengar suara orang terbekap yang berasal dari belakang rumahnya. Perlahan dia cari asal suara itu. Suara itu berasal dari kamar kosong di samping kamar Rini.
ceklek! Tania membuka pintu dan, alangkah kagetnya dia mendapati suaminya tengah terikat dan mulutnya tersumpal, disampingnya seorang wanita menunduk membelakanginya, wanita itu menoeleh seketika. Adinda dengan mulut yang bersimbh darah menyeringai tajam pada Tania.
"Biadab kau! apa yang kau lakukan?!" Bentak Tania.
"Aku sedang menyantap anakmu hahaha ...." Sahut Adinda dengan tawa yang mengerikan, dia pun melesat kearah Tania.
"Kau harus mati, Tania." Lanjutnya lagi, namun Tania refleks menancapkan belati perak tadi tepat diperut Adinda.
"Bajingan kau wanita iblis, rasakan ini." Tania menancapkan belatinya semakin dalam.
"Aaaaaarrgghh ...!!!" pekik Adinda, lalu terkapar dilantai ruangan itu. Perlahan-lahan tubuhnya mengeriput, darah mengalir dari setiap lubang ditubuhnya. Tubuhnya mengering, bola matanya meloncat dari sarangnya. Adinda terus mengerang mengerikan, sampai akhirnya tubuhnya mengering dan tingal tulang. Ternyata perak itu adalah kelemahan wanta iblis seperti Adinda.
Tania histeris melihat anaknya yang sudah tak utuh lagi, separuh tubuh anaknya sudah habis digerogot oleh Adinda. Bola matanta sudah tidak ada lagi. Isi perut anaknya terberai keluar. Tania tak menyangka kejadian yang menimpa keponakannya Ringgo 5 tahun yang lalu, akan menimpa anak pertamanya. Dia pun melepaskan suaminya.
"Anak kita, Pa, hiks hiks ..." ujar Tania membendung kesedihannya.
"Kita ikhlaskan saja, Ma. Sekarang wanita iblis itu sudah tidak ada lagi." Sahut Hendro yang juga tak mampu membendung kesedihannya.
Sepasang mata memperhatikan mereka dalam kegelapan.
==========
Rini POV
Rini sedang sibuk mempersiapkan acara pernikahan kakaknya. Pestanya tidak terlalu megah, namun meriah karena dihadiri seluruh warga desa Kalirejo yang berada di Sragen Jawa Tengah. Tersirat raut bahagia menghiasi senyum mempelainya, Rini turut senang melihat kakaknya menikah.
Tiga hari sudah berlalu sejak pernikahan itu, Arman dan Retno berbulan madu ke Surabaya. Dirumah tinggal Rini, Siska adiknya yang baru berumur 10 tahun, dan ibunya Sutini. Bapak Rini sudah lama meninggal, sehingga Rini mau tak mau merantau ke Jakarta demi menghidupi adik dan ibunya, sedangkan mas Arman tak pernah membantunya. Walau begitu, ibunya yak pernah marah pada Arman lelaki satu-satunya itu.
"Nduk, kapan koe bali kerjo nang jakarta? ( Nak, kapan kamu balik kerja di Jakarta?)" tanya ibunya dengan logat jawa yang kental.
"Seminggu ngkas, Bu. Rini ajeng istirahat riyen. (seminggu lagi, Bu. Rini mau istirahat dulu.)" Sahut Rini lembut. Malam itu mereka tengah berbincang di teras rumah. Desa itu selalu sepi jika malam menjelang, tak seperti di kota yang selalu hidup 24 jam. Di sini pukul 8 malam saja sudah lengang tak ada yang berkeliaran malam.
Bu Sutini pun beranjak masuk kekamar untuk beristirahat disusul Siska. Rini masih termenung di teras rumahnya. Entah kenapa, pikirannya tertuju pada Adinda. Perasaannya tidak tenang, khawatir akan nasib Adinda. Rini belum tahu siapa Adinda sebenarnya. Tak lama kantuk pun menyerang Rini, dia pin beranjak menuju kamar dan tidur.
"Rini, tolong aku ..." ujar Adinda melambaikan tangannya.
"Kamu kenapa, Adinda?" tanya Rini sambil terus mengejar Adinda, namun Adinda seperti terseret mundur. Rini berhenti sejenak, nafasnya terengah-engah mengejar Adinda. Rini memperhatikan sekitarnya, dia berada di hutan. Ada sebuah gubuk kecil dengan diterangi seberkas cahaya seperti cahaya lilin. Rini pun menghampiri gubuk itu. Tanpa permisi dia membuka pintu gubuk itu, dan
"Aaaaaaaaarrgghh ...." Alangkah terkejutnya Rini mendapati sesosok mayat kering, hanya tinggal tulang tanpa daging tergolek lemas dilantai gubuk itu. Sosok itu menoleh dan berkata,
"Tolong aku, Rini, tolong aku ...." lirih sosok itu.
"Si ... si a ... pa kamu?" ucap Rini terbata-bata.
"Aku Adinda, Rin." Lanjut sosok itu yang bernama Adinda.
"Ti ... tidak mungkin kau Adinda." Sahut Rini tidak percaya. Sosok itu pun berdiri dengan susah payah dan menunjukkan gelang yamg diberi Rini dulu.
"Aku Adinda, Rini" ucapnya lagi menunjukkan gelang itu.
"Apa yang terjadi denganmu, Adinda?" tanya Rini, tak terasa air matanya menetes.
"Kemarilah, Rini. Aku butuh bantuanmu." Himbau Adinda. Serasa dihipnotis, Rini pun mendekat. Seiring Adinda menyentuh Rini, sesosok wanita dengan rambut tergerai panjang, badannya yang tulang dibaluti baju kusam, mendekati tubuh Rini yang sedang bermimpi, dan masuk ketubuhnya.
Udara pagi yang dingin menelusup ke kamar Rini yang terletak di samping rumahnya, yang langsung menghadap pesawahan luas. Rini tak sadar bahwa jendela kamarnya terbuka dari semalam, hembusan angin pagi membangunkannya. Seperti tak pernah terjadi apa-apa, dia pun menuju dapur dan mengambil Wudhu. Selesai sholat dia kembali kekamar untuk melanjutkan tidur, karena waktu masih pukul 5:35 WIB. Di Sragen, waktu itu masih gelap. Ketika Rini hendak menutup jendelanya,
"Astagfirullah hal'adzim ..." tepat didepan jendelanya berdiri sosok Adinda yang kering dan bersimah darah, dia menjulurkan tangannya dan melayang mendekati Rini. Rini menutup jendelanya dan berlari ke ranjangnya.
"Tak usah takut, Rini. Karena sekarang aku adalah kamu hahahaha ...." Ujar Adinda.
"Tidaaaakk ...." Rini pun terbangun. Ternyata dia bermimpi lagi.
Masih terbayang-bayang oleh Rina wajah Adinda yang begitu mengerikan. Tak mau ambil pusing, Rini pun pergi mandi. Di ruang tengah sudah ada ibu dan adiknya Siska yang sudah bersiap berangkat sekolah.
"Wes tangi, Nduk? gek adus ben segeran awakmu. ( Udah bangun, Nak. buruan mandi biar seger badannya. )" Ujar sang ibu.
"Nggeh, Bu. Masak opo, Bu?"
"Sego goreng, iki Ibu arep nganterke adikmu mangkat sekolah. Sego ne neng mejo kui. Ibu mangkat sek yo. ( Nasi goreng, ini ibu mau antar adikmu sekolah. Nasinya ada di meja itu. Ibu berangkat dulu ya.)" Ujar Bu Sutini. Siska pamitan sama Rini dan berangkat sekolah bersama ibunya.
Tiga hari Adinda tidak pernah datang lagi dalam mimpi Rini. Malam itu Rini seperti biasa berkumpul diteras bersama ibu dan Siska. Bercerita bagaimana pengalamannya selama bekerja di Jakarta. Rini menceritakan tentang Adinda pada ibunya, seorang wanita yang tegar menerima cacian dan perlakuan majikannya di matanya. Lalu Rini menceritakan mimpinya 3 hari yang lalu. Tentang Adinda yang mendatanginya dan meminta tolong padanya. Ibunya mencoba menelaah arti mimpi sang anak. Sebagai orang tua, naluri Bu Sutini lebih peka dibanding Rini.
"Ngene lho, Nduk. Mimpi iku kembang tidur, nek koe mimpi koyo ngono, ojo ngasek lali ngucap istighfar ben atimu adem.( Begini, Nak. Mimpi itu bunga tidur, kalau kamu mimpi seperti itu, jangan sampai lupa baca istighfar biar hatimu tenang.)" Ujar Ibu menenangkan.
"Nggeh, Bu. Rosone Adinda kui keno musibah, Bu. Aku wedi nek kelingan rupane. Awak e yo mung tulang tok, mripat e lan irung e kebak darah Bu. Pokok e medeni rupane, Bu. (Iya, Bu. rasanya Adinda itu kena musibah, Bu. Aku takut kalau ingat wajahnya, badannya cuma tinggal tulang, mata dan idungnya penuh darah, Bu. Pokoknga mengerikan wajahnya, Bu)" Terang Rini.
"Yo wes, wes bengi gek ndang turu ojo mbok eling meneh. (Ya sudah, Sudah malam buruan tidur jangan kamu ingat lagi.)" Ucap Ibu menyuruh mereka tidur. Rini pun beranjak kekamarnya, Ibu tidur berdua dengan Siska dikamar lainnya yang terletak bersebelahan dengan kamarnya.
"Aku lapar, Rin. Ini sudah waktunya ..." ujar Adinda lirih. Perlahan tubuh Rini beranjak keluar rumahnya, berjalan entah kemana.
Keesokan harinya, Rini terbangun dengan darah yang sudah mengering ditangan, baju dan wajahnya. Rini shock dan langsung berlari ke sumur membersihkan diri dan membuang bajunya yang penuh darah. Warga dihebohkan dengan hilangnya anak perempuan Pak Wayan yang baru berumur 8 tahun. Setelah ditelusuri, warga menemukan bekas darah yang mengarah pada semak- semak dibelakang rumah Rini. Warga terkejut bukan kepalang menemukan jasad anak Pak Wayan yang hanya tinggal tulang dan isi perutnya yang masih tersisa. Warga yang melihat bergidik ngeri melihatnya, bahkan ada yang muntah-muntah ditempat itu. Tiga hari berturut-turut warga kehilangan anak kecil dan ditemukan dengan kondisi yang sama, namu di tempat yang berbeda. Rini menyadari kalau itu perbuatan Adinda yang menggunakan tubuhnya. Tak tahan, Rini pun menceritakan pada ibunya tentang keadaanya yang selalu terbangun dengan badannya yang penuh darah. Ibunya shock mendengar hal itu, hampir saja pingsan mendengar kenyataan pahit itu. Setelah agak tenang, barulah beliau mulai berfikir.
Bu Sutini melihat kearah Siska, beliau takut kalau Siska yang akan jadi korban, terlebih pelakunya adalah Rini kakaknya sendiri.
Tepat jam 12 malam, Rini kembali didatangi oleh Adinda dalam mimpi.
"Hentikan semua ini, Adinda!" bentak Rini.
"Aku belum akan berhenti sampai kau memakan 5 orang anak, dengan itu aku bebas menggunakan tubuhmu, dan rohmu akan terbelenggu selamanya disini, di alam mimpi hahahaha ...." Tawa Adinda memekakkan telinga Rini.
"Aku bukanlah budakmu, wanita iblis!"
"Sejak kau menyentuhku, saat itulah tubuhmu kukendalikan, walau belum sepenuhnya hahaha ...." Tawa Adinda semakin mengerikan. Sementara itu, tubuh Rini mulai bergerak keluar. Ibunya menyadari suara langkah kaki Rini. Bu Sutini yang sedari tadi belum tidur karena memikirkan nasib anaknya, mulai mengikuti kemana tubuh Rini pergi.
Rini mengarah kerumah Pak Samin yang berada tak jauh rumahnya. Pak Samin memang memiliki seorang anak berusia 9 tahun, Nendy namanya. Bu Sutini kalah cepat dengan Rini, hingga Rini pun berhasil membawa Nendy kedalam semak-semak. Warno dan Trisno yang sedang meronda, melihat Rini yang sedang berlari kedalam semak. Mereka pun mempersiapkan alat mereka dan mengejarnya. Mereka kehilangan jejak dalam semak-semak. Perlahan terdengar suara menggerisik dibalik semak-semak, mereka pun menghampirinya dengan senjata yang sudah siap ditangan mereka. Mereka mulai mendekat dan,
"Ahmmmpp ...." Rini denan lahapnya menyantap tubuh Nendy. Sontak Warno dan Trisno kaget bukan kepalang, tepat didepan mereka seorang wanita kanibal tengah menyantap manusia, terlihat santapannya sudah habis separuh dan usus yang masih kecil itu terbusai keluar, sungguh mengerikan.
Rini menyadari keberadaan mereka, dengan mata yang merah dan mulut serta badan yang penuh darah, Rini menerkam Warno bak; harimau menerkam mangsa.
"Aaaaaarrrgghh ...!" Teriak Warno. Warno terjatuh dan Rini sudah berada diatasnya, wajah mengerikan Rini hendak menggigit Warni, dengan cepat Trisno menancapkan sebuah belati dipunggung Rini.
"Aaaaaarrgghh ...." Teriak Adinda, dan Rini pun kembali pada tubuhnya yang telah tertancap belati. Rini mengerang kesakitan, namun Trisno kembali menusuknya hingga Rini pun meregang nyawa.
Wuuuusshh ....! angin malam berhembus seiring roh Adinda yang keluar dari tubuh Rini.
Rini POV end.
Back to Tania life.
"Bagaimana ini, Mas? mau kita apakan jasad anak kita ini, hiks ... hiks ..." ujar Tania tersedu-sedu.
"Kita makamkan secara layak, Ma, dan mayat Adinda kita kubur saja di tanah belakang." Hendro menenangkan.
"Bakar saja, Mas, mayat wanita iblis itu. Dia sudah merenggut anak kita, Mas."
"Bagaimanapun juga jasadnya manusia, Ma. Biar kita kubur saja, tapi di belakang rumah agar tak mengundang curiga banyak orang."
Seminggu berlalu semenjak kematian Nayla dan Adinda, hanya sebagian keluargan Tania saja yang mengetahui hal itu. Surya kakak Tania shock mendengar kabar mengerikan itu. Hal serupa yang telah merenggut Ringgo salah saru anak kembarnya 5 tahu
yang lalu, sekarang usia Rangga sudah 14 tahun. Surya dan Rangga masih menginap menemani Tania, sebab Hendro harus tetap menjalani tugasnya sebagai Kepala Pemadam.
"Mas benar-benar tidak menyangka kalau Adinda ada di sini." Ucap Surya membuka pembicaraan, setelah lama larut dengab pikiran masing-masing di ruang tengah.
"Aku sudah ada firasat buruk, Mas, sejak wanita setan itu masuk ke rumah ini." Sahut Tania.
"Bagaimama awalnya dia datang kemari, Tania?"
"Mas Hendro yang bawa dia kemari, Mas. Dia korban kebakaran di Lagoa beberapa waktu yang lalu. Mas Hendro terlalu berhati lembut, tak pernah peka akan hal buruk. Mudah sekali iba pada orang yang tak dikenal." Jelas Tania panjang lebar.
"Apa wanita yang mengasuh kami dulu, Pa?" Ucap Rangga yang baru datang dari dapur membawa minuman dingin.
"Iya, Ngga. kamu masih ingat kan?" tanya Surya. ."Bagaimana aku lupa, Pa? di depan aku dia menghabiskan Ringgo, sungguh mengerikan." Rangga bergidik ngeri.
"Lalu, bagaimana dia bisa ku bunuh, Tania?" tanya Surya, karena tadi Tania sempat memberitahukan kematian Adinda.
"Aku menusuknya dengan belati perak yang ada di lemari pajangan itu, Mas." Tania menunjuk ke lemari yang berisi piring-piring hias dan beberapa barang antik.
"Apa yang terjadi saat kau menusuknya?"
"Dia menjerit dan menggelepar di lantai, Mas. Lalu tubuhnya mengerut bersamaan dengan darah yang keluar dari tiap lubang di tubuhnya." Jelas Tania.
"Berarti kelemahannya pada belati itu, Tante." Sahut Rangga.
"Iya, Tania. Sepertinya Rangga benar, atau mungkin perak kelemahannya." Surya menerka-nerka.
"Lalu, darimana belati itu berasal, Tanua?" Lanjutnya lagi.
"Itu aku dapat dari kenalan saya di Solo, Mas." Hendro tiba-tiba saja muncul.
"Owh, sudah pulang kamu, Hend." Sahut Surya.
"Iya, Mas, tadi ada sedikit urusan di kantor, jadi saya telat pulang. Biasanya jam 5 sore sudah di rumah. sekarang sudah jam 7." Jawan Hendro.
"Mau kupanaskan air untuk mandi, Mas?" Ujar Tania.
"Ya, Ma, badanku lengket sekali sepertinya." Sahut Hendro. Tania pun beranjak ke belakang. Obrolan Surya dan Hendro pun berlanjut, Rangga hanya mendengarkan di samping ayahnya.
"Sudah siap airnya, Mas. Mandi dulu biar seger badannya." Tania muncul dari dapur.
"Iya, Ma. Aku mandi dulu ya, Mas." Ujar Hendro sambil berlalu kebelakang.
"Pembantumu belum ada kabar, Tania?" tanya Surya.
"Belum, Mas"
"Apa tidak kau coba menghubunginya?"
Sudah aku hubungi dari kemarin, tidak ada jawaban, Mas."
"Coba kau telpon sekarang." Ujar Surya. Tania pun mengambil Hp BB nya dan mengetik beberapa nomor.
"Tersambung, Mas." Ucap Tania.
"Halo, dengan Rini?" Tania mengawali pembicaraan saat telponnya dijawab. Beberapa menit kemudian wajahnya berubah terkejut, airmatanya menetes di kelopak matanya. Surya dan Rangga keheranan melihatnya.
"Ada apa, Tania?" tanya Surya bingung.
"Ri ... Rini, Mas." Ucapnya terbata-bata.
"Kenapa Rini, Tania?" Surya semakin penasaran.
"Rini baru saja meninggal kemarin, Mas. Tadi ibunya yang menjawab. Beliau menjelaskan kematian Rini yang tak wajar. Tubuhnya dikendalikan oleh 'Adinda' untuk memakan anak-anak berusia di bawah 10 tahun di desanya." Jelas Tania, terbersit raut ketakutan di wajahnya.
"Apa? Bagaimana bisa?!" Surya dan Rangga sama-sama terkejut.
"Beliau bilang, bahwa setelah pernikahan kakaknya, Rini didatangi Adinda dalam mimpi, Mas. Sudah 3 orang anak yang menjadi korbannya." Lanjut Tania.
"Itu berarti dia akan hidup 15 tahun lagi." Ujar Rangga.
"Iya, Tania. Dulu dia sempat mengatakan bahwa setiap anak yang dimakannya, akan memperpanjang usia nya selama 5 tahun." Sambung Surya.
"Tapi, Mas, bukannya Rini sudah meninggal? dan tubuh Adinda pun sudah kami kubur." Sahut Tania cemas.
"Dimana kau kubur jasad Adinda?" tanya Surya.
"Di samping gudang di belakang rumah, Mas."
"Ayo kita lihat sekarang, aku merasakan firasat buruk, Tania." Segera saja Surya, Rangga dan Tania menuju tempat dikuburnya jasad Adinda. Nihil. Gundukan tanah itu menjadi berlubang tanpa isi.
"Kita terlambat, Tania." Ujar Surya.
"Bagaimana ini, Mas? dia hidup kembali." Sahut Tania gemetaran.
"Tenang, Tante. Kita pasti bisa melenyapkannya." Ujar Rangga menenangkan.
Hendro yang baru saja selesai mandi, tak menyadari apa yang tengah terjadi di luar. Hendro membuka lemari kaca di kamarnya untuk mengambil pakaian yang akan dikenakannya. Saat lemari ditutup,
"A ... Adinda ?!" Hendro kaget melihat sosok Adinda telah berdiri di belakangnya, wajahnya dan tubuhnya penuh bercak darah kering.
"Ka ... kau sudah mati, Adinda." Ucapnya terbata-bata.
"Berkat Rini, aku bisa hidup kembali." Ucapnya lirih sangat mengerikan.
"Apa yang kau lakukan pada Rini?" tanya Hendro gemetar.
"Dengan tubuh Rini, aku berhasil memakan 3 orang anak manusia, dan dia telah mati. Kini giliranmu Hendro hahahaha ..." Adinda melesat cepat kearah Hendro dan bersiap menikamnya dengan pisau yang sudah digenggamnya.
Hendro berusaha lari kearah pintu, namun naas, langkahnya kalah cepat dengan Adinda.
"Aaaaaaaarrrggghh ...!!!" pisau Adinda sukses bersarang di jantungnya. Hendro terkapar bersimbah darah memenuhi tubuh dan handuknya.
"Mas Hendro?! itu suara mas Hendro, Mas." Tania cemas mendengar teriakan Hendro.
"Ayo kita segera kekamar Hendro, Tania." Sahut Surya. Mereka bertiga segera menuju kekamar Hendro.
"Tidaaaaaaaaaakk ... gak mungkin ... mas Hendro gak mungkin ..." Tania histeris mendapati suaminya tergeletak tak bernyawa, dengan sebilah pisau menembus jantungnya.
"Pa, lihat itu." Ujar Rangga menunjuk pada lemari kaca, terdapat tulisan yang ditulis dengan darah.
'AKU DATANG UNTUK KALIAN'
"Ayo kita keluar dari sini, Rangga, Tania." Ajak Surya.
"Keluar kau wanita iblis, aku akan membunuhmu ..." Ujar Tania menantang. Kaca pada lemari dan jendela pun pecah seketika, angin berhembus kencang memasuki kamar.
Tap! lampu pun padam.
"Aaaaaaaarrrggghh ...." Tania menjerit.
"Tania, apa yang terjadi?" Surya terkejut namun tak ada jawaban.
"Rangga, tetap di samping Papa." Lanjutnya lagi.
"Iya, Pa." Sahut Rangga.
Lampu kembali menyala. Surya dan Rangga terperanjat melihat Tania sudah tak bernyawa dengan leher yang hampir putus. Matanya terbelalak.
"Rangga, ayo kita keluar dari sini." Surya mengajak anaknya keluar. Saat sampai di ruang tengah, Adinda muncul di depan mereka. Surya pun mundur.
"Rangga, cepat lari."
"Tapi aku gak mau Papa dibunuh olehnya, pasti ada jalan lain, Pa."
"Sudah cepat kau pergi, Rangga. Papa akan menahan dia!"
"Kalian takkan kubiarkan hidup hahahaha ..." Tawa Adinda menggetarkan kaca pada lemari pajangan di ruang tengah itu. Rangga melihat belati perak yang terjatuh dari lemari itu. Adinda langsung menyerang Surya, pisaunya diarahkan tepat kejantung Surya. Surya mengelak namun lengan kanannya terkena pisau Adinda. Darah mengucur dari lengannya. Adinda kembali menyerang Surya yang tersungkur karena menyandung meja.
"Matilah kau Surya hahaha ..." Adinda sudah mendekat kepada Surya dan siap menikamnya.
"Tidak semudah itu kau membunuh Papaku, Wanita iblis." Tanpa disadari Adinda, Rangga sudah berhasil menancapkan belati perak di jantungnya.
"Aaaaaaarrggghhh ...!!!" Adinda beringsut, tubuhnya kembali keriput. Dia meronta-ronta kesakitan seiring darahnya yang mengalir deras dari mata, hidung, telinga dan mulutnya. Dagingnya terkelupas sedikit demi sedikit lalu hilang menjadi abu. Rangga memeluk Papanya menyaksikan perubahan Adinda, hingga tubuh Adinda menjadi tulang dan kering menjadi abu. "Ini sudah berakhir, Pa." Ucap Rangga. "Terimakasih, Nak, kau sudah menyelamatkan Papa." Sahut Surya. "Hanya Papa yang aku punya, aku akan melindungi papa." Ujar Rangga menitikkan air mata.
Terlihat dua gundukan yang masih basah berdampingan dengan sebuah gundukan kecil. Berdiri nisan bernamakan 'Tania binti Susilo', 'Nayla binti Hendro Sudrajat', dan 'Hendro Sudrajat bin Abdullah'.
"Selamat jalan Tania, Nayla, dan Hendro. Semoga kalian tenang dialam sana." Ujar Surya yang duduk di kursi roda dengan tangan kanannya terbalut perban. "Ayo kita pergi, Pa" Ujar Rangga mendorong kursi roda papanya. TAMAT

Cerita Horor Astral Projection



Aku mau sedikit berbagi pengalaman horor aku seputar astral projection. Mungkin ceritanya ga seseram cerita-cerita yang biasa mimin suka share di timeline twitter. Tapi mungkin cerita aku ini bisa memberikan sedikit gambaran kepada teman-teman seputar astral projection. Well, sebetulnya aku ini memang memperoleh keturunan dari papaku untuk bisa merasakan keberadaan makhluk gaib dan terkadang aku bisa melihat ”mereka”. Mungkin memang tidak sepeka orang lain dengan ”bakat khusus” yang bisa merasakan dan melihat keberadaan ”mereka” seutuhnya. Tapi ”bakat” yang aku miliki ini cukup sering membuat bulu kudukku merinding dan membuat aku bergidik ngeri. Karena sesungguhnya aku bukanlah orang yang benar-benar berani bila sudah perihal makhluk gaib.
Bicara soal astral projection, aku tidak memiliki kemampuan untuk melakukan astral projection, pengetahuan soal astral projectionpun hanya aku pahami lewat film Insidious. Hingga akhirnya aku bisa mendapatkan kesempatan untuk merasakan astral projection minggu lalu, tepatnya di sabtu pagi. Waktu itu aku terbangun dengan kaget jam 4 subuh dan karena masih mengantuk, aku mencoba untuk tidur lagi dan benar-benar bisa tidur sekitar pukul 7 pagi.

Akupun bermimpi dan di dalam mimpiku aku berada di dalam kamarku, kamarku berada di lantai 3 rumahku, semua tata letak barang di kamarku sesuai dengan tempatnya, yang terlihat berbeda hanyalah pintu kamar mandiku, bentuk dan motifnya tidak seperti pintu kamar mandiku yang biasanya. Saat aku memperhatikan ke sekeliling kamarku, tiba-tiba saja pintu kamarku diketuk dan ternyata kedua temanku datang mengunjungiku. Kami berbincang-bincang sejenak, tidak benar-benar mengeluarkan suara, kami seperti sedang berkomunikasi dengan telepati. Tiba-tiba saja keluar pria aneh berbaju koboi dari dalam kamar mandi kamarku, dia berlari-lari seperti hilang arah, mengacungkan senapan seperti hendak menembak sesuatu atau mungkin seseorang, dan kemudian ia melompat keluar dari jendela kamarku. Berikutnya aku melihat seorang nenek tua renta keluar lagi dari kamar mandi kamarku dan tiba-tiba saja wajahnya lumer dan begitu menyeramkan, nenek itupun berusaha menghampiriku. Aku hanya bisa panik dan meletakkan telapak tanganku ke arah mukanya, berdoa dalam hati, dan berharap nenek itu menghilang dari hadapanku. Kemudian aku lari keluar kamar dan melihat ibuku, sepupu-sepupuku, dan tanteku datang. Aku sempat berdebat dengan ibuku di kamarnya, masih tetap tidak bisa mengeluarkan suara, aku dan ibuku hanya berdebat dengan gerakan-gerakan tangan.
Kemudian aku melihat sesosok pria datang lagi dari lantai bawah, ternyata ia pacarku. Tiba-tiba saja dia masuk ke kamarku, membuka baju dan yang terjadi kemudian wajah pria itu berubah, dia bukan pacarku. Perasaanku sungguh campur aduk, akupun berhamburan lari keluar kamar, menuruni tangga menuju lantai bawah, dan berusaha mencari bala bantuan kepada tetangga-tetanggaku. Sesampainya dibawah aku mendapati tetangga dan ibuku sedang berdiri di depan rumah. Ketika aku meminta tolong, mereka hanya tersenyum sinis dan kemudian pria yang awalnya kupikir pacarku itu melambai-lambaikan tangan dari balkon lantai atas, dia memanggilku. Aku semakin ketakutan dan tiba-tiba saja aku tersadar bahwa aku sedang di alam mimpi. Aku berlari lagi menaiki tangga, berlari ke arah kamarku dan ketika itu kudapati tubuhku sedang terbaring dan berbalut selimut di atas ranjang. Aku terus berbicara dalam hati ‘’aku harus bangun dari mimpi ini, harus’’, lalu aku seperti kembali tidur. 


Ketika aku pikir aku sudah terbangun, aku melihat pacarku duduk di sampingku dan dia berkata ‘’sayang kamu sudah ga mimpi, kamu sudah bangun sayang’’, dan aku menjawab ‘’ini jam 11 siang? Tapi kenapa langitnya masih gelap? Aku masih mimpi! Coba cubit aku yang!’’, dan kemudian aku memaksakan diri untuk kembali tidur dan berharap aku benar-benar sudah terbangun dari mimpiku. Kembali lagi aku terbangun dengan pacarku yang duduk disampingku dan dialog yang sama kembali terulang. Hingga untuk keempat kalinya aku benar-benar terbangun dari mimpiku dan ketika kulirik jam di dinding aku benar-benar terbangun jam 11 siang.
Aku merasa bingung dan seperti orang linglung, karena mimpi yang kualami begitu terasa nyata. Akupun penasaran dan menanyakan persoalan ini kepada temanku yang memang memiliki ‘’bakat’’ dan memang sudah sering melakukan astral projection. Dia menjelaskan secara rinci dan mengatakan kepadaku bahwa yang terjadi kepadaku adalah astral projection yang tidak disengaja. Karena jiwaku terpisah dan berada di beberapa tempat, makanya aku baru benar-benar tersedar saat keempat kalinya aku berusaha untuk bangun. Itu bila kita bicara dari sudut pandang supranatural, namun secara interpretasinya, bagi mereka yang skeptis dan berpikir secara ilmiah, aku mengalami hal tersebut karena sedang lelah dan sedang mengkhawatirkan suatu hal secara berlebihan. Sesungguhnya apa yang digambarkan oleh film Insidious hampir serupa dengan apa yang aku alami, namun tidak semenyeramkan yang ada pada film tersebut. Jika kalian tertarik untuk merasakan astral projection, kalian bisa melatihnya dan menikmati bagaimana serunya menjelajah dimensi lain. 


Tapi pastikan bahwa kalian sedang dalam mood yang baik dan jangan takut ketika menemukan makhluk yang terlihat tidak wajar. Karena apa yang kalian lihat saat astral projection sebenarnya tercipta dari sugesti pikiran kalian. Percayalah sesungguhnya saat kalian melakukan astral projection jiwa kalian tidak bisa terpisah dari tubuh kalian atau makhluk gaib akan mengambil alih tubuh kalian, karena saat astral projection jiwa dan tubuh kalian tersambung oleh benang perak yang hanya bisa diputus oleh kehendak Tuhan YME. Selamat mencoba

Misteri Kutukan Toshio

Ceita Horor -  Usai Ju-on: The Beginning of the End, pada akhirnya misteri cara kemunculan hantu Toshio pun baru benar-benar terungkap di film terbaru yang kini sudah tayang di Indonesia, Ju-On 4: The Final Curse.kisah film ini dan 'The Beginning of the End' memiliki alur cerita alternatif (terpisah) dalam menggambarkan awal mula kutukan mengerikan di dua film pertama.



 Masih menggunakan format yang sama seperti seri-seri sebelumnya, yaitu alur cerita dalam beberapa segmen untuk masing-masing karakter, nuansa mencekam dengan hantu yang sama masih menjadi tema utama film ini.
Judul yang diberi embel-embel 'The Final' barangkali memberi harapan kepada beberapa penonton agar segala sesuatu terkait franchise Ju-On terpecahkan hingga setidaknya tidak memberikan efek klimaks yang menggantung.
Bagi yang telah menyaksikan Ju-on: The Beginning of the End, tentu masih mengingat karakter guru muda bernama Yui Shono yang diperankan oleh Nozomi Sasaki. Ia mengalami nasib mengerikan setelah menyelidiki muridnya yang bernama Toshio Saeki karena tak masuk sekolah selama seminggu.'
Mai yang tinggal bersama kekasihnya, Sota Kitamura (Renn Kiriyama) mulai bertanya-tanya ke mana gerangan Yui karena pihak sekolah sang adik selalu menghubunginya. Dilanda rasa penasaran, Mai pun mulai dihantui sosok Toshio dan bayangan Kayako di dalam mimpi maupun halusinasi.


Mai pun mulai menyelidiki hilangnya Yui, sementara Sota juga ikut terbawa kutukan meskipun masih dalam tahap ringan. Di sisi lain, seorang siswi bernama Reo (Nonoka Ono) dan ibunya, kedatangan seorang tamu, yaitu anak dari pamannya (keponakan) yang bernama Toshio.


Reo merasa gelagat Toshio selama berada di rumahnya sangat aneh. Selain itu, ternyata di sekolahnya ia ternyata bergaul dengan Midori dan Madoka yang salah satu dari keduanya memiliki kaitan erat dengan kejadian mengerikan di rumah terkutuk pada masa lalu.
Semenjak Toshio pindah ke rumah Reo, berbagai kejadian aneh nan menyeramkan pun menghantui dirinya dan kedua temannya yang pernah bermain ke rumahnya itu. Alhasil, ia dan sang ibu harus menghadapi kenyataan mencekam yang mengancam ketenangan hidup mereka.
Sementara itu, penyelidikan Mai berujung pada sebuah kenyataan yang belum pernah ada dalam kisah-kisah sebelumnya. Dari sini, akhirnya secara intens misteri hantu Toshio dan Kayako Saeki yang mengerikan, mulai terjawab dengan akhir cerita yang membuat penonton tak berdaya melupakan kutukan rumah hantu dalam kisah Ju-On.
Apa yang hendak ditawarkan dalam film ini adalah kengerian yang mampu meneror rasa takut setiap penonton, terutama bagi siapapun yang mengalami paranoid serta ketakutan parah bagi yang mempercayai eksistensi hantu-hantu jahat.


Ciri khas Ju-On yang menggunakan gerak-gerik mengerikan Toshio dan Kayako, masih dipertahankan dalam film ini. Beruntungnya bagi yang gemas dengan konsep tiga film sebelumnya, di sini kita bisa menyelami lebih dalam rasa takut calon korban yang diteror untuk dihabisi oleh Kayako.
Di film ini juga kita bisa menyaksikan bagaimana cara hantu Kayako membuat para korbannya memiliki jasad mengerikan sebelum mereka meregang nyawa. Bagaimana Kayako bisa muncul di mana saja, kapan saja, dan caranya mengawasi siapa saja yang bersinggungan dengan Toshio dan kutukan darinya, sangat jelas ditampilkan


Meskipun begitu, film ini memiliki kelemahan dalam hal membawakan akting para pemainnya. Sutradara Masayuki Ochiai belum terlalu bisa mengarahkan para pemain dengan sempurna saat mereka dilanda rasa takut. Berbeda dengan Takashi Shimizu yang piawai dalam memainkan akting para pemain di dua film sebelumnya meski berpegang pada naskah yang tak terlalu istimewa.


Di Balik Kisah Seram nya Gadis Indigo

Cerita Horor

Hai Min. Nama gue Yohanna Ze. Gue indigo sejak lahir.
Gue udah biasa banget liat orang tanpa kepala dan makhluk-makhluk serem lainnya lalu lalang di depan gue, bahkan gangguin gue. Walaupun udah biasa, bukannya gue ga takut. Gue bahkan takut banget. Gue bisa liat ‘mereka’ jelas banget, sampe sering ga bisa bedain sama orang normal dan dikira gila sama temen gue karena gue ngomong sendiri.
Gue mau ceritain salahsatu pengalaman gue yang masih sering ngebayang-bayangin gue sampe sekarang.
Dulu, waktu gue kecil, tiap siang gue Cuma berdua dirumah sama pembantu gue. Karena waktu itu kerjaannya udah beres, akhirnya gue dan pembantu gue tidur siang bareng. Sekitar setengah jam kemudian, gue kebangun. Pembantu gue masih tidur di sebelah gue. Gue ngeliat sekeliling, dan gue ngeliat PEMBANTU GUE ADA DI TANGGA. Dan di sebelah gue masih ada pembantu gue. Gue ngeliat lagi ke arah tangga, pembantu gue itu senyum manis dan mukanya jadi pucet banget. Dia senyum terus, dan bibirnya memanjang (kayak robek) sampe ke mata. Darah netes-netes. Kakinya juga ga napak. Dia terbang lambat ke arah gue dan ngomong: “Ze, hidupmu tak akan bahagia. Aku akan selalu menghantuimu”. Gue mikir ada yang ga beres. Gue langsung tidur lagi (atau pingsan?) karena kaget dan takut. Sorenya gue cerita ke nyokap gue, dan dia ga percaya. Tapi ekspresinya kayak nyembunyiin sesuatu.


Beberapa hari kemudian, habis gue mandi, gue keluar dari kamar mandi dan ngeliat nyokap gue lagi jongkok ngebelakangin gue. Gue ngomong : “Loh, kok mama tumben cepet pulang?”. Dia balik badan dan ketawa. Wujudnya langsung berubah drastis, jadi serem banget. Rambutnya kecoklatan panjang. Salah satu matanya Cuma putih doang, ga ada bola matanya. Pinggir mata dan bibirnya agak robek dan netes darah. Di tangannya banyak luka-luka yang masih netes darah, kayak disilet-silet gitu. Gue spontan teriak, tapi tenggorokan gue serasa kesumbat. Dia bilang : “Aku ga akan biarin kamu bahagia! Ah, bagaimana kalau aku membunuhmu? Agar kamu bisa tau rasanya jadi aku!”. Dia cekek leher gue sampe gue ga bisa nafas. Tangannya dingin, terasa basah karena berlumuran darah. Dia nonjok muka gue. Sebenernya gue ga terlalu masalah sama ditonjok dll, karena gue emang sering tonjok-tonjokan sama sepupu gue. Tapi yang paling bikin gue stress dan kebayang sampe sekarang itu kata-katanya dan suara ketawanya yang bikin gue lemes. Kata-katanya serasa bikin gue merasa bersalah, padahal gue masih umur 4 tahun waktu itu. Setelah gue lemes, dia ngilang gitu aja dan ninggalin gue. Gue yang masih syok, pingsan. Setelah gue sadar, gue ngeliat dia melototin gue di pojok kamar. Gue pura-pura ga ngeliat.
Lama setelah itu, gue udah ga terlalu kebayang-bayang lagi. Tapi setelah gue beranjak remaja, dia kembali menampakkan diri beberapa kali. Ternyata, dia emang sering nyamar jadi orang-orang yang gue kenal, baru nampakkin wujud aslinya.




Beberapa hari yang lalu, dia kembali nampakin diri ke gue. Waktu itu gue lagi sendirian jalan keliling komplek, rumah gue kosong. Waktu gue lagi jalan-jalan, gue ketemu temen gue (sebut saja) Nia. Ternyata dia juga lagi  keliling komplek, akhirnya gue keliling komplek bareng Nia. Di jalan, gue ketemu ‘seseorang’ yang gue kenal, sebut saja Rika. Dia nyapa gue: “Hai Ze! Ikut keliling dong”. Karena gue udah mulai terlatih ngebedain orang beneran dan ‘mereka’, gue ga jawab apa-apa, karena takut dikira gila sama Nia. Ternyata, Nia juga ngeliat ‘Rika’ dan dia jawab: “eh Rika, ayo ikut lah. Sombong banget lu Ze, temen sendiri didiemin.” Sepanjang perjalanan, gue Cuma nunduk dan sesekali ngomong, karena takut dan sadar ada yg ga beres. Tiba-tiba, Rika ketawa dan seketika pandangan gue gelap, sekitar sedetik. Tiba-tiba gue ada di tempat lain, lumayan deket dari situ.
Rika : “Nah, disini aja, lebih sepi ga ada orang”. Habis itu dia ketawa
Nia tiba-tiba ketawa juga, dan suara ketawanya sama persis sama Rika. Gue merinding setengah mampus. Terus Nia dan Rika ngedeket, dan tiba-tiba badannya gabung jadi satu orang. Wujudnya berubah, jadi hantu yang waktu itu lagi. Lemes, kebelet pipis saking takutnya. Tapi gue ngelakuin apa yg biasa gue lakuin, yaitu pura-pura ga takut.
Gue : “Kamu siapa sih? Kenapa ganggu aku terus?”
Dia : “Kamu akan tahu itu nanti. Ada yang lebih penting sekarang.”
Gue : “Apa? Cepet lah”
Dia : “Yah, begini.. *nunduk, nangis* Namaku sama dengan namamu, Ze. Aku memilihmu karena nama kita sama.”
Gue : “Cuma karena nama yang sama? *ketawa* Kamu milih aku untuk apa?
Dia : “Kamu bisa bantu aku? Aku ingin cepat tenang supaya ga gentayangan lagi disini.”
Gue : “He? Bantuin? Ga salah milih orang? Aku masih SMP loh, aku ga bisa apa-apa”
Dia : “Aku yakin kamu bisa. Paling tidak, tolong berdoa untuk ketenanganku.”
Gue : “Uh.. Oke deh.. Ada lagi? Aku mau pulang.”
Dia malah senyum lagi, terus bilang “Kamu, ga akan bisa pulang.”
Gue tiba-tiba ada di tempat yang gue ga tau itu di mana. Gue lari entah ke mana, sambil memanggil hantu itu. Namun, dia tidak menampakkan diri. Akhirnya gue capek, gue pingsan. Waktu gue sadar, gue langsung ada di jalan yang tadi, tempat gue ketemu Nia. Tapi gue lagi jalan sendirian, tanpa Nia. Gue takut banget, akhirnya gue langsung pulang. Di rumah, gue liat HP gue nyala sendiri. Ternyata ada tulisan di notes nya. Tulisannya “Makasih, Ze. Maaf ya kamu jadi bingung. Jangan lupa doakan aku ya. Dari Ze.”


Tadi gue baru inget, nyokap gue pernah cerita ke gue. Waktu dia hamil gue, dia pernah cek ke dokter, dan dokternya bukannya ngomongin keadaan janinnya, tapi malah ngomong “Bu, di rumah ibu banyak hantunya ya?”
Jadi indigo emang sulit. Ada banyak hal-hal yang kalo lo ga kuat, mental lo bisa keganggu men. Gue bersyukur, sampe sekarang gue ga terlalu keganggu sama ‘mereka’. Bahkan kadang gue bisa sampe saling curhat sama ‘mereka’.
Sudah dulu ya, dia lagi ngeliatin gue dari luar jendela. Oh iya, gue kan di lantai 2..