Cerita Serem Di Toilet Sekolah

Masa Pengenalan Siswa Baru, yang biasanya dikenal dengan OSPEK. Rambutku di-Bob, kacamata besar. Lumayan gemuk. Aku memang menyukai horror.



Singkat cerita. Aku telah berhasil melewati OSPEK itu. Aku bergaul bersama teman2ku. Sayangnya, semuanya tak sesuai dengan harapan. Bully2an pun terjadi. Aku pendiam. Aku menjadi sangat pendiam. Aku tak tahu, apa yang telah membuatku seperti ini. Yang pasti bukan sesuatu hal yang asing lagi di sekolahku itu.
Pelajaran olahraga pun dimulai. Disana, dulu… Terdapat sebuah kamar kecil untuk wanita di pojok belakang sekolahan.  Gelap. Besar. Terdapat sebuah cermin full body di sebelah kanan. “Jangan pernah masuk ke dalam toilet di ujung kiri. Disana lampu nya gak pernah mati, dan selalu di kunci.” Kata kakakku yang dulunya sekolah disitu.  Kondisi di toilet itu selalu gelap. Dan penerangan sebanyak apapun, selalu remang2. Hingga suatu hari… Aku menemani temanku yang bernama T untuk mengganti baju. Kami paling terakhir masuk toilet itu, karena kami memang orangnya tak mau bergerombol. Aku menunggu dia di luar, dan bercermin di cermin itu.  Aku melihat sebuah bayangan hitam keluar dari pintu yang terrkunci itu di cermin sambil merangkak. Aku terdiam, dan berusaha untuk memanggil temanku itu. Sayangnya, suaraku tak bisa keluar. Aku memejamkan mata,  dan dia pun hilang! Aku lari ke pintu toilet temanku itu, dan aku mengetuk pintu nya dengan keras. “Ada apa?” katanya membuka pintu nya. “Gila, men. Ga… Gabisa… Gue ga bisa. Cepet ah balik ke kelas.” Kata aku. “Eh bentar, jangan balik badan dulu!” katanya. Dan disaat aku membalikan badan……. *breg* bayangan hitam itu ada di depan mataku sendiri. Begitu tinggi, besar, dan… bau. Aku terhentak. Aku mundur dan menabrak temanku. “Eh, santai aja dong! Sini sini jalannya geser aja.” Kata dia. Aku pun lari.


“Eh, T.. Itu siapa sih? Gue kaget. Kok lo bisa tau dia ada disana? Lo indigo?” tanyaku. Dia pun mengangguk. Oke, aku paham. Iya, dia adalah sesuatu yang selalu diam di toilet terlarang itu.
Semester 2 pun berlanjut. Kondisi fisikku masih normal. Sampai akhirnya, aku terjatuh disaat bermain basket di lapangan sekolah. Kondisi kakiku tak mendukung untuk berjalan sendiri. Aku butuh tongkat untuk berjalan. Singkat cerita, aku pergi ke toilet sendirian. Aku melihat ada seorang wanita yang sedang memegang rambutnya di depan cermin itu. Aku menghampirinya dan menyapa. “Hay! Kamu kelas mana?” Tanyaku. Ia membalikan badan, dan bilang… “Aku tinggal disini……” . Wajahnya cantik, rambutnya lembek, mukanya berdarah2, memakai baju SMP. Aku terhentak lagi. Tiba2 saja dia menjerit kepadaku.

“KAMU TAU GAK? YANG BIKIN KAMU KAYAK GINI TUH SIAPA? TAU GAK? AKU LIAT! KEMARIN AKU DUDUK DI PINGGIR LAPANG! MEREKA MERENCANAKAN INI SEMUA AGAR KAMU TERJATUH!” 

jeritnya. Aku diam. Dan tak berkata sedikit pun. Aku menarik nafas, dan… “Aku tahu… Tapi aku tak mau menagih belas kasih nya. Karena aku tak mau dikasihani, dan aku baik2 saja.” Ucapku. Muka nya berubah. Ia marah. Wajahnya sangat jelek, dan menakutkan. “Kamu jelek.” Ucapku. Lalu mukanya kembali ke semula. “Maaf. Bolehkah aku menemani mu?” tanyanya. “Untuk apa?” Tanya ku balik, “Untuk menjagamu selama kamu ada di sekolah ini.” Jawabnya. Aku pun mengangguk.

Kemana pun aku pergi, dia selalu berjalan di belakang ku. Aku tak tahu, apa kah aku anak Indigo atau bukan… karena aku tak merasakan hal yang sama seperti temanku si T itu disaat pertama kalinya melihat ‘mereka.’. “Ah… Tapi waktu pertama kali aku bisa liat, aku demam tuh seminggu.” Ucap si T. Aku hanya mengangguk saja.
Selama 3 tahun aku ditemani oleh-nya. Oiya, namanya Dinda. Dia lucu… Terkadang aku terlihat berbicara sendiri, tetapi ia sedang menceritakan hal2 lucu yang telah terjadi di lapangan selama itu…
Kelas 2 semester 1. Untuk pertama kalinya aku berlibur dengan semua keluarga besar ku ke pantai Anyer. Ini untuk pertama kalinya aku melihat dan menyentuh pasir.


Aku pergi ke anyer dengan menaiki sebuah Bus yang hanya untuk 20 orang. Aku duduk di depan, sendirian bersama tobby (guling kecil yang sudah 12 tahun tak dicuci)  dan tas kesayanganku. Aku memakai topi ‘kupluk’ dan memakai penutup telinga. Rambutku yang saat itu panjang membuatku terlihat seperti alien. Tetapi aku suka dengan gaya ku itu.  Dalam perjalanan, aku merasa taka sing dengan nama2, tanda2, dan tulis2an di jalan ini. Aku pernah kesini. Tapi kapan? “Ah dejavu.” Ucapku.
Akhirnya aku sampai di sebuah cottage yang lumayan luas. ! cottage, 2 keluarga. 1 keluarga, 4 orang. Aku masuk kedalam cottage itu lebih dulu, bersama tobby dan tas ransel ku itu. Aku masuk, dan hawa nya begitu sangat sangat panas. Terdapat sofa dan meja kecil disebelah kiri, bersebrangan dengan TV LCD di sebelah kanan. Sejajar dengan sofa. Ada tempat untuk makan, dan kesana nya lagi ada sebuah lorong kecil untuk cuci piring. Aku melihat seseorang disana. Tetapi… Tangannya panjang… Menyeret dikala ia berjalan, lidahnya begitu sangat panjang, tak memiliki beberapa gigi, rambut yang gimbal. Aku memejamkan mata, dan membuka nya. Dia ada didepanku! Aku kembali menutup mataku, dan ia mulai menyentuh guling ku. Otomatis aku marah besar, tak boleh seorang pun menyentuh gulingku. Aku membaca ayat kursi. Dan… Hilang.

Aku masuk ke kamar yang memiliki toiletnya di dalam. Tak tahu kenapa, aku merasa sangat sangat takut berada disitu.


0 komentar:

Posting Komentar